Kue Cucur




Kue Cucur atau Cucur adalah salah satu makanan tradisional Indonesia jadi dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia.

Kue cucur tidak hanya terkenal di daerah manado ataupun jawa, di kalimantan tepatnya di kalimantan barat kue cucur (namanya = tumpi) biasanya di sajikan oleh penduduk asli ketika hari besar ataupun pesta adat. Baik resep, bahan dan cara membuat kue cucur nya sama namun hasil akhirnya tidak sebulat yang biasa kita temukan. Berikut ini bahan dan cara membuat kue cucur...



Bahan-bahan: 

  • 300 gr Tepung beras 
  • 30 gr Tepung terigu 
  • 150 gr Gula merah atau gula jawa, disisir halus
  • 100 gr Gula pasir 
  • 450 ml Air 
  • Sedikit garam
  • Satu lembar Daun pandan
  • Secukupnya minyak untuk menggoreng


Cara Membuat:

  1. Rebus air bersama gula merah, gula pasir dan daun pandan hingga larut. Angkat, saring lalu diamkan hingga hangat kuku.
  2. Campurkan tepung terigu, tepung beras dan garam. Tuang larutan gula sedikit demi sedikit sambil terus diaduk hingga rata dan kental.
  3. Pukul-pukul adonan dengan telapak tangan selama kurang lebih 30 hingga 40 menit sambil terus dituangi larutan gula sedikit demi sedikit hingga air gula habis. Diamkan selama 40 menit.
  4. Siapkan minyak panas dalam wajan, tuangkan 1 sendok adonan, siram-siram dengan minyak panas hingga mengembang serta berserat dan pinggirnya membeku, tusuk bagian tengahnya dengan lidi agar adonan yang masih mentah bergerak ke pinggir. kemudian siram-siram lagi dengan minyak panas, balik sebentar lalu angkat. Lakukan hingga adonan habis.

Air Terjun Riam Marum





Kabupaten Bengkayang bisa disebut sebagai Kabupaten yang komplit dengan aset pariwisata, seperti wisata pantai yang beragam seperti wisata pergunungan, wisata budaya, dan yang tidak kalah menarik adalah wisata air terjun atau dikenal dengan Riam dan tersebar di beberapa Kecamatan di Kabupaten Bengkayang. Salah Satunya Riam Marum adalah wisata menaraik dan menantang, dilengkapi dengan hamparan batu seperti diatur dan cocok menjadi lokasi menjemur tubuh sesaat. 

Lokasi Marum juga begitu terjaga dikelilingi hutan dengan beragam ukuran pepohonan. Mengunjungi Wisata Alam Riam Marum alangkah baiknya membawa perlengkapan wisata yaitu tenda sebagai tempat berkemah dan makanan. Exposure yang menjadi tuan rumah pada acara “Hunbar Pesona Marum” mendapat kesempatan menyajikan makanan tradisional yang dinamakan kue ketan kantong semar. Kantong-Semar dengan sebutan: Kalamange, Pelambo, Periuk monyet, Kantong beruk, Bantuyut, Tarukun dan bahkan memiliki berbagai julukan misalnya “Si buas yang cantik, Pohon Rakus dan masih banyak lagi penamaan untuk tumbuhan langka dan dilindungi ini. Kantong semar bukan bunga, bukan pula buah melainkan daun yang mengalami modifikasi. Tumbuhan ini umumnya hidup di tanah tandus, Kantong semar adalah tumbuhan independent, hidup di tanah, memanjat rendah atau menjulur bebas. Kabupaten Bengkayang justru menjadikan kantong semar sebagai motif batik khas yang disebut Kalamange. Tumbuhan ini juga dapat menjadi wadah pembungkus makanan tradisional.Riam Marum merupakan salah satu dari puluhan air terjun yang tersebar dibeberapa daerah Kabupaten Bengkayang . Wisata alam dengan kondisi vegetasi yang masih utuh, maka fluktuasi debit aliran riam kecil sehingga dapat dikatakan stabil sepanjang musim dan relatip aman bagi para pengunjung. Selain stabilitas debit air, kawasan gunung Niut juga sebagai wadah flora dan fauna yang menjadi kebanggaan masyarakat setempat.

Lokasi Riam berada di-Dusun Dawar Desa Pisak Kecamatan Tujuh Belas Kabupaten Bengkayang ini sangat cocok bagi penggila landscap, makro maupun model. Lokasi Riam Marum dapat ditempuh sekitar enam puluh kilometer (60m) dari ibu Kota Bengkayang  menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat. Selanjutnya perjalanan ditempuh secara Crouss-Country selama tiga puluh menit menuruni tebing sungai dengan kemiringan exstrim, namun setidaknya ada beberapa hal yang dapat dinikmati. Riam Marum akan memikat hati para pengunjung sebab memiliki keindahan alami.
Kondisi flora dan fauna yang ada di Riam Marum dan Hutan cagar alam Gunung Niut nyaris langka, karena merupakan obyek wisata menantang bagi penggila potografi maupun para pencinta Eco-Tourism. Air pegunungan disekitar riam marum masih relatif jernih dan dingin

Upacara Adat Gawai Dayak Naik Dango



Gawai Dayak Naik Dango merupakan upacara adat yang mempunyai makna syukuran atau berterima kasih kepada Tuhan atas hasil panen yang diperoleh dari sawah atau ladang masyarakat dayak, upacara ini dilakukan setiap tahunnya. Dango sendiri mempunyai arti yaitu pengambilan padi untuk pertama kalinya dari lumbung yang berada di dekat rumah dan harus dilaukan dengan upacara Naik Dango. Upacara ini berintikan doa dari seorang imam kepada lumbung padi, iman ini mendoakan kepada penyelenggara pesta Naik Dango ini yang dilakukan pagi hari. Inti dari doa tersebut adalah berterima kasih atas rejeki yang dianugerahkan dari Tuhan dan memohon restu untuk menggunakan padi yang sudah disimpan dalam lumbung untuk keperluan pangan. Upacara naik dango dilaksanakan melalui 4 kegiatan yaitu persiapan batutuk,matik,nyangahtn dan makan bersama. Batutuk adalah kegiatan menumbuk pada di dalam lesung untuk memperoleh beras, dan yang ditumbuk didalam lesung tidak selamanya beras bisa saja tepung atau beras ketan (po) yang digunakan untuk persiapan makanan dan sesajian. Matik adalah doa yang terucap yang bertujuan untuk menyampaikan maksud dan hajat pada Tuhan (jubata) agar Tuhan memberikan resu untuk pelaksanaan upacara Gawai Naik Dango. Di dalam acara Matik ini disajikan juga perangkat berupa “tumpi sunguh” (cucur putih beragam), “solekng Poe”(ruas bambu buluh berisi ketan masak), “Sirih Masak” (daun sirih, kapur, gambir, pinang yang siap dimakan/dikunyah, ditambahkan dengan gulungan rokok daun nipah). Nyangahtn adalah doa yang diucapkan oleh imam adat (payangahatn) yang bertujuan untuk memanggil semangat padi, memanjatkan syukur kepada Tuhan atas anugerah panen padi yang terjadi, memohon ampun kepada Tuhan dari dosa dan kesalahan serta memohon kepada Tuhan untuk memberi kesejahteraan pada tahun berikutnya. 

Setelah ketiga acara tersebut selesai terlaksana, pada malam harinya akan diadakan pesta makan bersama. Makanan yang disajikan adalah Poe (ketan yang dimasak dengan santan kelapa), Tumpi (cucur manis), Lamang (ketan santan yang dimasak dalam bambu buluh) siteruskan dengan makan nasi dan lauk pauk dan minumannya adalah kopi. Upacara Naik Dango merupakan acara yang memiliki 3 aspek pokok yaitu aspek kehidupan agraris, aspek religius dan aspek kehidupan kekeluargaan solidaritas serta persatuan. Aspek kehidupan agraris yaitu kehidupan masyarakat yang bertradisi bercocok tanam, kemudian aspek religius merupakan aspek untuk berterima kasih kepada Tuhan atas hasil panen yang diperoleh dan yang terakhir adalah aspek kehidupan kekelaurgaan solidaritas dan persatuan yang merupakan aspek menjunjung tinggi kekeluargaan antar keluarga terdekat dalam ruma masing-masing tiap tahunnya. 

Upacara Naik Dango dirayakan juga dengan hiburan kesenian, beberapa lomba lagu dan tari daerah serta seminar tentang adat istiadat dayak. Hiburan tersebut semata-mata untuk memeriahkan upacara ini tanpa mengurangi makna yang terkandung di dalam upacara ini. Bagi para pengunjung atau wisatawan dapat menyaksikan upacara Naik Dango ini pada bulan mei tepatnya pada tanggal 20, tanggal ini ditetapkan oleh Gubernur yang terdahulu yaiu Kadarusno. Pengunjung selain menikmati berbagai upacara adat dengan seijin panitia yang menyelenggarakan, juga bilamana ada yang ingin memngambil gambar melalui camera juga dapat meminta ijin kepada panitia karena beberapa acara dapam upacara ini sakral sifatnya dan tertentu saja yang dapat diabadikan oleh kamera. Pengunjung dapat menikmati acara ini selama 5 hari dan dapat menikmati kegiatan seperti lomba menyanyi,tarian ataupun pawai kendaraan hias, pengunjung juga akan dimanjakan bazar yang menjual pernak pernik khas dari suku dayak yang dapat dibeli dengan harga yang relatif murah dan dapat ditawar kepada si penjual. 

Kegiatan Dayak Naik dango ini juga dihadiri oleh pimpinan daerah dan tokoh masyarakat, tokoh adat dan sejumlah undangan yang disebarkan secara khusus. Masyarakat Dayak berharap upacara ini dapat mengambangkan potensi seni dan budaya Suku Dayak dan juga merupakan kekayaan budaya dari Indonesia pada umumnya. Untuk tahun-tahun sebelumnya Upacara Dayak Naik Dango ini sangat ramai oleh pengunjung lokal ataupun pengunjung dari kota Pontianak yang datang ke Kota Singkawang ini. Pemerintah daerah juga terus mendukung agar budaya ini tiap tahunnya dapat dilangsungkan semeriah mungkin tanpa mengurangi sifat sakral dari upacara ini, dan berharap upacara ini dapat dicontoh ataupun menjadi contoh baik yaitu mengucapkan terima kasih kepada Tuhan atas anugerah yang diberikan. 

Generasi penerus dalam acara ini juga diharapkan mampu melestarikan upacara ini kedepannya agar upacara yang bersifat positif ini tidak punah dan dapat terus dilestarikan. Pengunjung yang berkunjung pun juga dapat memperoleh pengatahuan tentang budaya ini dan diharapkan juga mampu melestarikan di luar pulau Kalimantan ataupun di luar Indonesia. Pengunjung yang mengunjungi kota Singkawang untuk berwisata tidak ada salahnya untuk juga mengikuti jalannya upacara Dayak Naik Dango karena dengan mengikuti upacara Dayak Naik Dango ini pengunjung dapat memahami setiap tempat wisata ataupun makanan yang dimakan setiap harinya juga merupakan anugerah yang terus diberikan Tuhan setiap harinya.