Upacara Adat Gawai Dayak Naik Dango
Gawai Dayak Naik Dango merupakan
upacara adat yang mempunyai makna syukuran atau berterima kasih kepada Tuhan
atas hasil panen yang diperoleh dari sawah atau ladang masyarakat dayak,
upacara ini dilakukan setiap tahunnya. Dango sendiri mempunyai arti yaitu
pengambilan padi untuk pertama kalinya dari lumbung yang berada di dekat rumah
dan harus dilaukan dengan upacara Naik Dango. Upacara ini berintikan doa dari
seorang imam kepada lumbung padi, iman ini mendoakan kepada penyelenggara pesta
Naik Dango ini yang dilakukan pagi hari. Inti dari doa tersebut adalah
berterima kasih atas rejeki yang dianugerahkan dari Tuhan dan memohon restu
untuk menggunakan padi yang sudah disimpan dalam lumbung untuk keperluan
pangan. Upacara naik dango dilaksanakan melalui 4 kegiatan yaitu persiapan
batutuk,matik,nyangahtn dan makan bersama. Batutuk adalah kegiatan menumbuk
pada di dalam lesung untuk memperoleh beras, dan yang ditumbuk didalam lesung
tidak selamanya beras bisa saja tepung atau beras ketan (po) yang digunakan
untuk persiapan makanan dan sesajian. Matik adalah doa yang terucap yang
bertujuan untuk menyampaikan maksud dan hajat pada Tuhan (jubata) agar Tuhan
memberikan resu untuk pelaksanaan upacara Gawai Naik Dango. Di dalam acara
Matik ini disajikan juga perangkat berupa “tumpi sunguh” (cucur putih beragam),
“solekng Poe”(ruas bambu buluh berisi ketan masak), “Sirih Masak” (daun sirih,
kapur, gambir, pinang yang siap dimakan/dikunyah, ditambahkan dengan gulungan
rokok daun nipah). Nyangahtn adalah doa yang diucapkan oleh imam adat
(payangahatn) yang bertujuan untuk memanggil semangat padi, memanjatkan syukur
kepada Tuhan atas anugerah panen padi yang terjadi, memohon ampun kepada Tuhan
dari dosa dan kesalahan serta memohon kepada Tuhan untuk memberi kesejahteraan
pada tahun berikutnya.
Setelah ketiga acara tersebut selesai terlaksana, pada
malam harinya akan diadakan pesta makan bersama. Makanan yang disajikan adalah
Poe (ketan yang dimasak dengan santan kelapa), Tumpi (cucur manis), Lamang
(ketan santan yang dimasak dalam bambu buluh) siteruskan dengan makan nasi dan
lauk pauk dan minumannya adalah kopi. Upacara Naik Dango merupakan acara yang
memiliki 3 aspek pokok yaitu aspek kehidupan agraris, aspek religius dan aspek
kehidupan kekeluargaan solidaritas serta persatuan. Aspek kehidupan agraris
yaitu kehidupan masyarakat yang bertradisi bercocok tanam, kemudian aspek religius
merupakan aspek untuk berterima kasih kepada Tuhan atas hasil panen yang
diperoleh dan yang terakhir adalah aspek kehidupan kekelaurgaan solidaritas dan
persatuan yang merupakan aspek menjunjung tinggi kekeluargaan antar keluarga
terdekat dalam ruma masing-masing tiap tahunnya.
Upacara Naik Dango dirayakan
juga dengan hiburan kesenian, beberapa lomba lagu dan tari daerah serta seminar
tentang adat istiadat dayak. Hiburan tersebut semata-mata untuk memeriahkan
upacara ini tanpa mengurangi makna yang terkandung di dalam upacara ini. Bagi
para pengunjung atau wisatawan dapat menyaksikan upacara Naik Dango ini pada
bulan mei tepatnya pada tanggal 20, tanggal ini ditetapkan oleh Gubernur yang
terdahulu yaiu Kadarusno. Pengunjung selain menikmati berbagai upacara adat
dengan seijin panitia yang menyelenggarakan, juga bilamana ada yang ingin
memngambil gambar melalui camera juga dapat meminta ijin kepada panitia karena
beberapa acara dapam upacara ini sakral sifatnya dan tertentu saja yang dapat
diabadikan oleh kamera. Pengunjung dapat menikmati acara ini selama 5 hari dan
dapat menikmati kegiatan seperti lomba menyanyi,tarian ataupun pawai kendaraan
hias, pengunjung juga akan dimanjakan bazar yang menjual pernak pernik khas
dari suku dayak yang dapat dibeli dengan harga yang relatif murah dan dapat
ditawar kepada si penjual.
Kegiatan Dayak Naik dango ini juga dihadiri oleh
pimpinan daerah dan tokoh masyarakat, tokoh adat dan sejumlah undangan yang
disebarkan secara khusus. Masyarakat Dayak berharap upacara ini dapat
mengambangkan potensi seni dan budaya Suku Dayak dan juga merupakan kekayaan
budaya dari Indonesia pada umumnya. Untuk tahun-tahun sebelumnya Upacara Dayak
Naik Dango ini sangat ramai oleh pengunjung lokal ataupun pengunjung dari kota
Pontianak yang datang ke Kota Singkawang ini. Pemerintah daerah juga terus
mendukung agar budaya ini tiap tahunnya dapat dilangsungkan semeriah mungkin
tanpa mengurangi sifat sakral dari upacara ini, dan berharap upacara ini dapat
dicontoh ataupun menjadi contoh baik yaitu mengucapkan terima kasih kepada
Tuhan atas anugerah yang diberikan.
Generasi penerus dalam acara ini juga
diharapkan mampu melestarikan upacara ini kedepannya agar upacara yang bersifat
positif ini tidak punah dan dapat terus dilestarikan. Pengunjung yang berkunjung
pun juga dapat memperoleh pengatahuan tentang budaya ini dan diharapkan juga
mampu melestarikan di luar pulau Kalimantan ataupun di luar Indonesia.
Pengunjung yang mengunjungi kota Singkawang untuk berwisata tidak ada salahnya
untuk juga mengikuti jalannya upacara Dayak Naik Dango karena dengan mengikuti
upacara Dayak Naik Dango ini pengunjung dapat memahami setiap tempat wisata
ataupun makanan yang dimakan setiap harinya juga merupakan anugerah yang terus
diberikan Tuhan setiap harinya.
0 comments:
Post a Comment